PENINGKATAN MUTU KOPI







PENINGKATAN MUTU KOPI
(Tugas Praktikum Pengolahan Hasil Perkebunan)


Oleh
Kelompok 4B
Muhamad Rozali
1304122041
Muhamamad Badrun
1304122042
Rini Susanti
1304122053
Septiawan
1304122061
Theo Indra
1304122065





clip_image002.jpg




PROGRAM STUDI D3 PERKEBUNAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2015




I.  PENDAHULUAN


1.1  Latar belakang
Kopi merupakan bahan minuman yang terkenal di seluruh dunia. Hal ini disebabkan karena kopi memiliki aroma yang khas yang tidak dimiliki oleh bahan minuman lainnya. Sebelum kopi dipergunakan sebagai bahan minuman, maka terlebih dahulu dilakukan proses roasting. "flavor" kopi yang dihasilkan selama proses roasting tergantung dari jenis kopi yang dipergunakan, cara pengolahan biji kopi, penyangraian, penggilingan, penyimpanan dan cara penyeduhannya.

Buah kopi yang sudah masak pada umumnya akan bewarna kuning kemerahan sampai merah tua. Pemetlkan buah kopi dilakukan secara manual. Untuk memperoleh hasil yang bermutu tinggi, buah kopi harus dipetik setelah betul-betul matang, kopi memerlukan waktu dari kuncup bunga 8 sampai 11 bulan untuk robusta den 6 sampai 8 bulan untuk arabica. Beberapa jenis kopi seperti kopi liberika dan kopi yang ditanam di daerah basah akan menghasilkan buah sepanjang tahun sehingga pemanenan bisa dilakukan sepanjang tahun. Pada akhir masa panen dikenal panen "rampasan" atau "racutan" yaitu memetik semua buah yang tertinggal di pohon sampai habis, termasuk yang masih muda. Petikan rampasan ini dimaksudkan guna memutus siklus hidup hama bubuk.

Buah kopi yang telah dipanen harus segera diolah untuk mencegah terjadinya reaksi kimia yang bisa menurunkan mutu kopi. Hasil panen disortasi dan dipilah berdasarkan kriteria tertentu. Buah kualitas prima bila diolah dengan benar akan menghasilkan biji kopi bermutu tinggi. Sortasi bertujuan untuk mengelompokkan biji kopi sesuai dengan ukuran dan mutu fisiknya. Tahap ini sangat menentukan jenis dan keseragaman mutu fisik dan citarasa seduhan kopi. Sejumlah besar biji kopi mutu baik dapat rusak citarasa seduhannya oleh tercampurnya sedikit saja biji kopi mutu rendah.

Oleh karena itu, untuk memperoleh biji kopi yang bermutu baik maka diperlukan penanganan pasca panen yang tepat dengan melakukan setiap tahapan secara benar. Proses penyangraian merupakan salah satu tahapan yang penting untuk menghasilkan produk kopi berkualitas.


1.2  Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut.
1.  Mengetahui cara sortasi kopi basah
2.  Menggetahui cara sortasi kopi beras
3.  Mengetahui cara peningkatan mutu kopi beras
4.  Mengetahui cara pengujian organoleptik pada kopi bubuk.





















II.  TINJAUAN PUSTAKA


Kopi merupakan salah satu jenis tanaman perkebunan yang sudah lama dibudidayakan dan memiliki nilai ekonomis yang lumayan tinggi. Konsumsi kopi dunia mencapai 70% berasal dari spesies kopi arabika dan 26% berasal dari spesies kopi robusta. Kopi berasal dari Afrika, yaitu daerah pegunungan di Etopia. Namun, kopi sendiri baru dikenal oleh masyarakat dunia setelah tanaman tersebut dikembangkan di luar daerah asalnya, yaitu Yaman di bagian selatan Arab, melalui para saudagar Arab (Rahardjo, 2012).

Pengeringan adalah proses pemindahan panas untuk menguapkan kandungan air yang dipindahkan dari permukaan bahan yang dikeringkan oleh media pengeringan yang biasanya berupa panas. Tujuan pengeringan adalah mengurangi kadar air bahan sampai dimana perkembangan mikroorganisme dan kegiatan enzim yang dapat menyebabkan pembusukan terhambat atau terhenti. Dengan demikian bahan yang dikeringkan dapat mempunyai waktu simpan yang lebih lama (Rahman dan Yuyun, 2005).

Kunci dari proses produksi kopi bubuk adalah penyangraian. Proses ini merupakan tahapan pembentukan aroma dan citarasa khas kopi dari dalam biji kopi dengan perlakuan panas. Biji kopi secara alami mengandung cukup banyak senyawa organik calon pembentuk citarasa dan aroma khas kopi. Waktu sangrai ditentukan atas dasar warna biji kopi sangrai atau sering disebut derajat sangrai. Makin lama waktu sangrai, warna biji kopi sangrai mendekati cokelat tua kehitaman (Mulato, 2002).

Roasting merupakan proses penyangraian biji kopi yang tergantung pada waktu dan suhu yang ditandai dengan perubahan kimiawi yang signifikan. Terjadi kehilangan berat kering terutama gas dan produk pirolisis volatil lainnya. Kebanyakan produk pirolisis ini sangat menentukan citarasa kopi. Kehilangan berat kering terkait erat dengan suhu penyangraian (Varnam and Sutherland, 1994).

Proses pendinginan biji kopi yang telah disangrai sangat perlu dilakukan. Ini untuk mencengah agar tidak terjadi pemanasan lanjutan yang dapat mengubah warna, flavor, volume atau tingkat kematangan biji yang diinginkan. Beberapa cara dapat dilakukan antara lain pemberian kipas, ataupun dengan menaruhnya kebidang datar (Pangabean, 2012).


























III  METODOLOGI


A.  Waktu Dan Tempat
Waktu yang digunakan untuk melaksanakan praktikum adalah setiap hari selasa pada tanggal 15, 22, dan 29 pada bulan September pukul 08.00-10.00 WIB.  Lokasi saat melaksanakan praktikum adalah di Laboratorium Pengolahan Hasil
Perkebunan.


B.  Alat Dan Bahan

Alat yang digunakan selama praktikum adalah timbangan, tampah/nampan, air, kuali/baskom, kertas karton, pena, penggaris, buku, plastik, kompor, wajan tanah,
spatula, blender dan ayakan.


C.  Prosedur Kerja
Prosedur kerja yang dilakukan pada praktikum ini adalah sebagai berikut.

1.  Sortasi Kopi Basah

Ditimbang kopi basah seberat 500 gram,pengambilan dilakukan secara acak








 


Direndam kopi basah dalam air dan diamkan beberapa saat


 


Dipisahkan antara yang tenggelam, melayang dan mengapung








 


Dilakukan sortasi dengan kriteria warna hijau, kuning, kuning kemerahan,
merah, dan merah kehitaman

Ditimbang kopi yang telah di sortasi, untuk kopi yang
mengapung di singkirkan


 


Kopi yang telah ditimbang lalu di jemur selama 2 minggu
hingga kadar airnya 12 %

2.  Sortasi Kopi Beras


 
Ditimbang kopi beras seberat 300 gram,pengambilan dilakukan secara acak








 


Dilakukan sortasi kopi beras berdasarkan dengan kriteria cacat dari kopi beras








 


Setelah itu dihitung nilai cacatnya dan ditentukan klasifikasi mutu kopi,

3.  Peningkatan Mutu Biji Kopi


 
Ditimbang 1 kg biji kopi beras asalan








 


Ditampi biji kopi, lalu dibuang yang jelek


 


Hasil tampian lalu ditimbang kembali, kemudian di ambil 300 gram
untuk di sortasi dan ditentukan mutunya








 


Kemudian dibandingkan dengan mutu minggu yang lalu








 


setelah disortir, biji kopi yang  baik di campurkan kembali dengan
biji kopi hasil tampian, lalu ditimbang kembali.








 


Dijemur selama 1 minggu

4.  Pengujian Organoleptik Kopi Bubuk


 
Ditimbang kopi beras yang telah dijemur selama 1 minggu


 


Disangrai biji kopi, wktu dihitung mulai dari biji kopi dimasukan
 kedalam wajan tanah








 


Diaduk secara terus menerus sampai warna kopi memenuhi kriteria












 


Diangkat kopi yang telah disangrai lalu didinginkan
dengan cara di aduk-aduk.


 


ditimbang kembali kopi setelah dingin lalu
di ambil 100 gram dan di blender








 


Diayak bubuk kopi dan dimasukkan kedalam plastic dan
dibandingkan warna setiap perlakuan




IV  HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1  Hasil praktikum

Setelah dilakukan praktikum didapatkan hasil sebagai berikut.
1.  Sortasi Kopi Basah
Tabel 1.  Pengamatan sortasi Kopi Basah
Kriteria Warna
Buah Tenggelam
Buah Melayang
Buah Mengapung
Jumlah
Hijau
20
-
-
20
Kuning
35,5
-
6,3
41,8
Merah
220
3,5
13,7
233, 6
Hitam
-
-
53,3
53,3
Jumlah
275,5
3,5
73,2
352,2

2.  Sortasi Kopi Beras
Tabel 2.  Jumlah Nilai Cacat Kopi Beras
No
Jenis Cacat
Nilai Cacat
Banyaknya
Jumlah
1
biji hitam
1
98
98
2
Biji hitam sebagian
0,5
84
42
3
biji hitam pecah
0,5
24
12
4
biji kopi glondong
1
1
1
5
biji coklat
0,25
22
5,5
6
kulit kopi husk ukuran besar
1
-
-
7
kulit kopi husk ukuran sedang
0,5
-
-
8
kulit kopi husk ukuran kecil
0,2
-
-
9
kulit tanduk
0.5
6
3
10
kulit tanduk ukuran besar
0,5
39
19,5
11
kulit tanduk ukuran sedang
0,2

-
12
kulit tanduk ukuran kecil
0,1

-
13
biji pecah
0,2
101
20,2
14
biji muda
0,2
-
-
15
biji berlubang satu
0,2
98
19,6
16
biji berlubang lebih dari satu
0,2
126
25,2
17
biji bertutul tutul
0,1
-
-
18
ranting tanah atau batu berukuran besar
5
-
-
19
ranting tanah atau batu berukuran sedang
2
-
-
20
ranting tanah atau batu berukuran kecil
1
1
1
TOTAL  NILAI CACAT
247

3.  Peningkatan Mutu Biji Kopi
Tabel 3.  Jumlah Nilai Cacat Kopi Beras Setelah Di Tampi
No
Jenis Cacat
Nilai Cacat
Banyaknya
Jumlah
1
biji hitam
1
72
72
2
Biji hitam sebagian
0,5
42
21
3
biji hitam pecah
0,5
112
56
4
biji kopi glondong
1


5
biji coklat
0,25
85
20,5
6
kulit kopi husk ukuran besar
1
-
-
7
kulit kopi husk ukuran sedang
0,5
-
-
8
kulit kopi husk ukuran kecil
0,2
-
-
9
kulit tanduk
0.5


10
kulit tanduk ukuran besar
0,5


11
kulit tanduk ukuran sedang
0,2


12
kulit tanduk ukuran kecil
0,1


13
biji pecah
0,2


14
biji muda
0,2
-
-
15
biji berlubang satu
0,2
41
8,2
16
biji berlubang lebih dari satu
0,2
48
9,6
17
biji bertutul tutul
0,1
-
-
18
ranting tanah atau batu berukuran besar
5
-
-
19
ranting tanah atau batu berukuran sedang
2
-
-
20
ranting tanah atau batu berukuran kecil
1
 2
2
TOTAL  NILAI CACAT
191,8

4.  Pengujian Organoleptik Kopi Bubuk
Tabel 4.  Kriteria warna kopi bubuk berdasarkan lama penyangraian
Kelompok
Kriteria Warna Kopi
Gambar
Waktu Penyangraian
1
Kuning
IMG_20150928_093602.jpg
17 menit
2
Coklat kekuningan
IMG_20150928_093606.jpg
23 menit
3
Kecoklatan muda
IMG_20150928_093610.jpg
25 menit
4
Coklat
IMG_20150928_093614.jpg
28,51 menit
5
Coklat tua
IMG_20150928_093618.jpg
43 menit
6
Hitam
IMG_20150928_093621.jpg
49 menit

4.2  Pembahasan

Densitas merupakan warna kopi yang berkualitas.  Kopi yang mempunyai warna bagus yaitu berwarna kekuningan karena kopi tersebut tidak cacat dan mutunya bagus.  Contohnya warna kopi robusta mempunyai aroma yang lembut dan sangat digemari oleh pecinta kopi.  Dan untuk warna kopi yang diinginkan maka harus memetik kopi yang benar-benar sudah matang atau merah, agar nanti memperoleh biji kopi yang berkualitas.  Sortasi buah kopi setelah buah kopi dipanen harus segera dilakukan.  Pisahkan buah dari kotoran, buah berpenyakit dan buah cacat.  Pisahkan pula buah yang berwarna merah dengan buah yang kuning atau hijau.  Pemisahan buah yang mulus dan berwarna merah (buah superior) dengan buah inferior berguna untuk membedakan kualitas biji kopi yang dihasilkan.

Kopi yang baik untuk dilakukan pengolahan menjadi bubuk adalah buah kopi yang telah masak berwarna merah. Kopi yang telah masak dapat menjadikan mutu yang baik serta cita rasa yang nikmat. selain tingkat kemasakan buah, kesehatan buah juga dapat mempengaruhi dari mutu. sebaiknya untuk mendapatkan mutu kopi yang berkualitas dilihat berdasarkan kemaakan, kesehatan dan penangananbuah pasca panen.

Kopi biji merupakan biji kopi yang telah dipisahkan dari kuli dan kulit tanduk. kopi biji inilah yang nantinya akan diolah menjadi bubuk kopi. namun, sebelum diolah menjadi bubuk kopi.kopi biji sebaiknya dilakukan sortasi untuk mengetahui mutu dari biji kopi tersebut. Tujuan sortasi adalah untuk memperoleh buah kopi yang seragam mutunya dan dapat meningkatkan efisiensi proses berikutnya. Caranya adalah pemisahan buah kopi sehat, segar, besar dan matang (mutu superior) dari buah kopi kopong, mentah, busuk, terkena penyakit atau cacat lainnya (mutu inferior).

Dari hasil praktikum yang telah dilaksanakan, dapat diketahui pada tabel 2, biji kopi yang telah disortir , biji kopi yang di uji berdasarkan sistem nilai cacat  tidak termasuk dalam syarat penggolongan mutu kopi yang telah ditentukan. Jumalah nilai cacat yaitu dengan total nilai cacat  sebanyak 247 sehingga  masuk kedalam grade kopi asalan. Dengan kata lain hasil praktikum pengawasan biji kopi berdasarkan jumlah nilai cacat adalah Off Grade, karena nilai yang diperoleh melebihi batas maksimum nilai cacat yang telah ditentukan sesuai syarat biji kopi. Off Grade ini dimungkinkan karena dari sistem panen Yang tidak memenuhi standar serta  pengolahan biji kopi yang tidak baik dan penyimpanan yang tidak tepat sehingga biji kopi beras menjadi rusak dan mutunya menjadi tidak baik. Kerusakan atau mutu yang tidak baik ini dapat menyebabkan cita rasa kopi menjadi tidak enak dan tidak bagus.

Dalam meningkatkan mutu kopi dapat  dilakukan dengan menampi. Intinya untuk meningkatkan mutu kopi beras yaitu memisahkan biji kopi yang baik dengan yang tidak baik, sehingga grade kopi dapat naik. agar dapat menghasilkan kopi mutu yang baik seharusnya dilakukan pengolahan kopi yang benar.

Dari hasil praktikum yang telah disajikan dalam tabel 2, biji kopi yang telah disortir, biji kopi yang di uji berdasarkan sistem nilai cacat yaitu biji kopi tersebut  termasuk dalam syarat penggolongan mutu kopi yang telah ditentukan.  Jumalah nilai cacat yaitu 191,8. Dengan kata lain hasil praktikum pengawasan biji kopi berdasarkan jumlah nilai cacat adalah Grade 6, karena nilai yang diperoleh belom melebihi batas maksimum nilai cacat yang telah ditentukan sesuai persyaratan SNI biji kopi. Dikatakan Grade 6 ini dimungkinkan karena pengolahan biji kopi yang baik dan penyimpanan yang tepat sehingga biji kopi beras menjadi mutu baik meskipun masuk pada grade 6. Grade65 tersebut dapat dikatakan baik karena kopi hasil panen didapatkan dari petani yang sistem panennya menggunakan sistem petik rampasan. Sehingga setelah dilakukan peningkatan mutu biji kopi meningkat dari asalan menjadi kopi bermutu grade 6.

Penyangraian (Roasting) Kunci dari proses produksi kopi bubuk adalah penyangraian. Roasting merupakan proses penyangraian biji kopi yang tergantung pada waktu dan suhu yang ditandai dengan perubahan kimiawi yang signifikan.  Proses sangrai dilakukan di dalam wajan sangrai.  Tujuan penyangraian adalah mensintesakan senyawa-senyawa pembentuk citarasa dan aroma khas kopi yang ada di dalam biji kopi.  Proses penyangraian diawali dengan penguapan air yang ada di dalam biji kopi dengan memanfaatkan panas yang tersedia dan kemudian diikuti dengan penguapan senyawa volatile serta proses pirolisis/pencoklatan biji.

Bubuk kopi berbeda warna karena mempunyai kriteria yang berbeda. Oleh karena itu dalam penyangraian mempunyai waktu yang berbeda dan mempunyai hasil yang bagus, dalam penyaraian harus mempunyai keahlian khusus sehingga mendapatkan hasil yang bagus dan memuaskan sesuai kriteria yang diinginkan.  Oleh karena itu untuk warna kopi bubuk warna coklat kekuningan membutuhkan waktu yang bentar yaitu hanya 17 menit dalam penyangraian, dan untuk menghasilkan kopi bubuk warna coklat muda yaitu lama penyangraian nya adalah 23 menit, dan untuk kopi bubuk warna coklat waktu penyangraian yaitu 25 menit, dan jika ingin menghasilkan kopi bubuk warna coklat tua adalah membutuhkan waktu 28 menit, dan yang agak lama adalah untuk kopi bubuk coklat kehitaman yang membutuhkan waktu penyangraian 43 menit, dan yang lebih lama lagi jika ingin menghasilkan kopi bubuk hitam harus membutuhkan waktu penyangraian selama 49 menit.  Dalam penyangraian tidak boleh berenti mengaduk sampai kopi benar-bnar matang sesuai kriteria masing-masing.




















V.  KESIMPULAN


Kesimpulan yang didapat dari praktiku ini adalah sebagai berikut.
1.  Kopi yang baik untuk dilakukan pengolahan menjadi bubuk adalah buah kopi yang telah masak berwarna merah. Kopi yang telah masak dapat menjadikan mutu yang baik serta cita rasa yang nikmat.
2. Sortasi biji kopi bertujuan untuk memperoleh buah kopi yang seragam mutunya dan dapat meningkatkan efisiensi proses berikutnya. Caranya adalah pemisahan buah kopi sehat, segar, besar dan matang (mutu superior) dari buah kopi kopong, mentah, busuk, terkena penyakit atau cacat lainnya (mutu inferior).
3.  Dalam meningkatkan mutu kopi dapat  dilakukan dengan menampi. Intinya untuk meningkatkan mutu kopi beras yaitu memisahkan biji kopi yang baik dengan yang tidak baik.
4. Roasting merupakan proses penyangraian biji kopi yang tergantung pada waktu dan suhu yang ditandai dengan perubahan kimiawi yang signifikan.















DAFTAR PUSTAKA


Rahardjo, Pudji. 2012. Panduan Budidaya dan Pengolahan Kopi Arabika dan Robusta. Penebar Swadaya. Jakarta

Rahman dan Yuyun. 2005. Penanganan Pascapanen Cabai Merah. Kanisius:Yogyakarta.

Varnam, H.A. and Sutherland, J.P., 1994. Beverages (Technology, Chemestry and Microbiology). Chapman and Hall, London.

Pangabean, Edy. 2012. The Secret of Barista. PT Wahyumedia. Jakarta.

Mulato, Sri. 2002. Simposium Kopi 2002 dengan tema Mewujudkan perkopian Nasional Yang Tangguh melalui Diversifikasi Usaha Berwawasan Lingkungan dalam Pengembangan Industri Kopi Bubuk Skala Kecil Untuk Meningkatkan Nilai Tambah Usaha Tani Kopi Rakyat. Denpasar : 16 – 17 Oktober 2002. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia

Komentar

Postingan populer dari blog ini

JENIS-JENIS KLON PADA TANAMAN KARET

PENGUKURAN DEBIT ALIRAN SUNGAI

PENYADAPAN KARET